Bahasa Al Qur’an dibandingkan Bahasa Melayu selama 1500 tahun.


Pertahanan Bahasa Al Qur’an melahirkan seni baca-tulis (qiraat dan kaligrafi) dan terapannya pada arsitektur dan seni rupa.Bahasa Al Qur’an bertahan selama 1500 tahun karena tidak boleh diterjemahkan ke lain bahasa. Seandainya boleh, maka SECARA GEOGRAFIS akan melahirkan beragam terjemahan bangsa-bangsa yang akan menjadi kendala persatuan dalam syiar Islam. Ajaran Islam sebagai “rahmatan lil alamin” telah terbukti luas penyebarannya ke berbagai bangsa di seluruh dunia. SECARA HISTORIS lokal saja dapat dibandingkan dengan loncatan perubahan bahasa Melayu selama 1500 tahun. Dari Melayu Kuno bertulisan Kawi (huruf Palawa) ke Melayu Klasik bertulisan Jawi (huruf Arab), ke Melayu Modern (huruf Latin), hingga Melayu Kontemporer yang igin menyatukan setelah menjadi bahasa kebangsaan Indonesia, Malaysia, Brunei dan Singapura. Lihatlah Pilipina yang kehilangan jejak Melayu-nya, karena penjajahan Spanyol dilanjutkan penjajahan kultural Amerika Serikat.



Dalam 1500 tahun terakhir telah terjadi 4 periode pertumbuhan bahasa Melayu yang luar biasa perbedaannya. Bagaimana Al Qur’an, seandainya boleh diterjemahkan.

Melayu Kuno (682 -1500). Tulisan asli Asia Tenggara di daun lontar sudah tak tersisa. Yang ada hanya peninggalan berhuruf Palawa, dibawa orang Tamil dari Asia Selatan. Terciptalah tulisan Melayu berhuruf Palawa, yang disebut tulisan Kawi. Meski Islam ke Indonesia pada abad ke-7, Melayu Kuno masih terpakai dalam tulisan Kawi, sehingga bercampur baur dengan kosa-kata Sansekerta. Ajaran Islam tidak cocok diungkapkan dalam tulisan tersebut, terutama untuk penyampaian kandungan Al Qur’an dan Hadis . Maka terciptalah tulisan bahasa Melayu berhuruf Arab, disebut tulisan Jawi.

Melayu Klasik (1500-c1850 ), adalah masa perubahan radikal dalam peran aktif Kesultanan Malaka, Samudra Pasai dan Aceh menyiarkan Islam dalam bahasa Melayu, sehingga sifatnya yang meng-India berubah menjadi meng-Arab. Inilah masa bangkitnya Sastra Melayu Klasik yang menghimpun pengalaman, sejarah, hukum dan tradisi sastra lisan. Sejak Portugis menaklukkan Malaka 1511, pusat dakwah itu bergeser ke berbagai daerah di Nusantara.

Melayu Modern ( c1850 – 1957) banyak menyerap kata-kata dari para pejajah Portugis, Belanda dan Inggris. Standardisasi kamus dan tata-bahasa Jawi (Melayu berhuruf Arab) dari dialek daerah dan kodifikasi sastra dilakukan, salah satunya oleh Zainal Abidin bin Ahmad (Zaba). Bahasa Melayu menjadi bahasa kebangsaan Indonesia, Malaysia dan Singapura, sebaik masing-masing mencapai kemerdekaan.

Melayu Kontemporer (sesudah 1957), Malaysia, Indonesia dan Brunei yang memakai bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, berupaya menyatukan perbedaan versi, antara lain dalam ejaan, logat dan gaya bahasa. Banyak trial and error dan terganggu oleh masa konfrontasi Indonesia-Malaysia, tapi berhasil mempersatukan ejaan tahun 1972. Upaya film “Ipin dan Upin” masa kini, yang perlu diterjemahkan dalam tulisan bahasa Indonesia (????) mungkin termasuk promosi logat Malaysia yang agak ketinggalan dibanding Bahasa Indonesia.

Angka tahun 682 – 1500 untuk pemakaian bahasa Melayu Kuno berhuruf Kawi dipatokkan pada penemuan prasasti Kedukan Bukit bertahun 682 M yang terkenal, dalam penelitian Kerajaan Sriwijaya. Dari prasasti Sriwijaya ini, terlihat bahasa Melayu Kuno memakai unsur bahasa Sansekerta, tetapi itu gaya bahasa raja-raja. Bahasa Melayu tumbuh egaliter tanpa perbedaan kelas terutama karena pengaruh Islam. Dengan kekuatan itu, Bahasa Melayu mengungguli bahasa-bahasa daerah lainnya di Nusantara, bahkan mampu menyatukan bahasa Asia Tenggara pada jaman itu.

Membayangkan luas pemakaian bahasa Melayu Kuno, lihatlah peta perdagangan maritim masa kerajaan Sriwijaya. Dari kerajaan kuno Peurlak muncul Samudra-Pasai. Damasraya adalah kerajaan Minangkabau. Medang Kahuripan dihidupkan kembali oleh Airlangga. Lihat pula kerajaan Champa yang hingga kini sisa pribuminya berbahasa Melayu. Malaka mungkin masih kampung, yang muncul adalah Kadaram (Kedah). Kerajaan Langkasuka adalah kerajaan Melayu Hindu, meliputi separuh Tanah Semenanjung, yang sama kuat dengan Sriwijaya yang menganut Budha.

Bahasa Melayu pada prasasti peninggalan Sriwijaya

1. Swasti, sri. Sakawarsatita 604 ekadasi su-
2. klapaksa wulan Waisakha Dapunta Hyang naik di
3. samwau mangalap siddhayatra. Di saptami suklapaksa
4. wulan Jyestha Dapunta Hyang marlapas dari Minanga
5. tamwan mamawa yg wala dua laksa dangan kosa
6. dua ratus cara di samwau, dangan jalan sariwu
7. telu ratus sapulu dua wanyaknya, datang di Mukha Upang
8. sukhacitta. Di pancami suklapaksa wulan Asada
9. laghu mudita datang marwuat wanua …..
10. Sriwijaya jayasiddhayatra subhiksa

Terjemahan dalam bahasa Indonesia modern:

1. Bahagia, sukses. Tahun Saka berlalu 604 hari kesebelas
2. paroterang bulan Waisaka Dapunta Hyang naik di
3. perahu melakukan perjalanan. Di hari ketujuh paroterang
4. bulan Jesta Dapunta Hyang berlepas dari Minanga
5. tambahan membawa balatentara dua laksa dengan perbekalan
6. dua ratus koli di perahu, dengan berjalan seribu
7. tiga ratus dua belas banyaknya, datang di Muka Upang
8. sukacita. Di hari kelima paroterang bulan Asada
9. lega gembira datang membuat wanua …..
10. Perjalanan jaya Sriwijaya berlangsung sempurna

Benarkah Planet Nibiru Tertulis Dalam Manuskrip Kuno Sumeria ?



Salah satu naskah purba misterius yang paling mencengangkan para ilmuwan adalah sebuah manuskrip sastra-ilmiah kuno milik bangsa Sumeria sejak 6000 tahun lampau. Dalam manuskrip tersebut tercantum jelas Planet Nibiru sebagai bagian dari system solar kita.


Nibiru berarti “planet yang bersilangan“. Deskripsi Nibiru sama persis dengan Planet X (Planet Ke Sepuluh). Menurut catatan astronomi kuno yang dicocokkan dengan pengetahuan modern :

Planet X memiliki orbit eliptik seperti komet, dengan perjalanan melampaui orbit Pluto. Dr. Thomas C. Van Flandern, astronom dan ilmuwan dari Oberservatorium Naval Amerika mengatakan, perubahan kutub di Uranus dan Neptunus, terjadi akibat sebuah planet. Bersama rekannya, Dr. Richard Harrington, ia membuat kalkulasi tentang sebuah planet (urutan ke 10 di system tata surya kita) dengan ukuran 23 kali lebih besar dari bumi, serta memiliki tingkat orbit eliptikal yang tinggi.

Penemuan ini melengkapi teori Sitchin, bahwa letak planet X dekat dari Bumi. Pada tahun 1982, NASA mengeluarkan statement tentang keberadaan Planet X. Namun sekarang, NASA menolak berkomentar sama sekali.

Terjadi perubahan drastis di Bumi setiap kali planet X mendekat.


Perubahan ini mengakibatkan kerusakan besar dan kepunahan. Sejarah mengisahkan peristiwa-peristiwa ini. Monumen peninggalan peradaban lampau menjadi saksi kejadian tersebut. Sebut saja, Legenda Atlantis, Lemuria, Indian Maya dan perabadan lainnya, yang hanyut terbenam lautan atau punah sekejap, terjadi akibat kedatangan Planet X.

Sisa-sisa kebudayaan mereka bisa kita temui di Florida, Jepang dan kawasan Mediterania. Semakin dekat Planet X dari bumi, semakin kuat daya magnetic dan gravitasinya. Ini bisa kita rasakan setiap hari. Semakin dekat planet X dengan kita, semakin cepat laju pergerakannya. Berbagai bencana dahsyat yang susul menyusul terjadi di berbagai negara hanyalah awal kecil dari apa sesungguhnya yang akan terjadi.

Makhluk Planet NibiruL

Tulisan kuno bangsa Sumeria mencatat beberapa hal menarik yang juga diyakini banyak kepercayaan, yaitu : penciptaan, adanya Taman Eden/Firdaus dan banjir besar yang menutupi seluruh permukaan bumi (Mirip kisah Nabi Nuh).

Tapi, bangsa Sumeria juga mencatat tentang kedatangan Bangsa Anunnaki dari Planet Nibiru, yang “merekayasa” genetika manusia dengan cara mengambil DNA mereka & mencampurkannya dengan DNA mahluk bumi (saat itu adalah manusia gua /Neanderthal). Dalam bahasa Sumeria, Anunnaki berarti “mereka yang ke bumi, turun dari langit”.

Anunnaki digambarkan sebagai bangsa yang modern, dan telah menciptakan berbagai monument penting di Bumi, Bulan dan Mars, serta planet-planet padat lain dalam galaksi kita. Kenapa Anunnaki merekayasa dan memodifikasi manusia? Untuk dijadikan budak/pembantu mereka, yang membantu dalam aktivitas pertambangan berbagai mineral, salah satunya yaitu emas. Hingga hari ini, emas merupakan logam mulia dengan nilai tinggi. Fakta ini juga tercantum dalam naskah sastra-ilmiah kuno bangsa Sumeria.

Perlu diingat, siklus mendekatnya Nibiru menurut catatan Sumeria adalah setiap 3600 tahun sekali. Beberapa fakta yang menarik untuk dikaji maupun diperdebatkan untuk menemukan kebenaran adalah :

1. Lokasi “Taman Eden” dalam kisah Adam & Hawa disinyalir berada di kawasan Mesopotamia (kini Irak).

2. Saat ke Bumi, Anunnaki mendarat di Mesopotamia (kini Irak).

3. Konon, serbuan Amerika ke Irak sebetulnya adalah untuk menemukan lokasi Gerbang Bintang (STAR GATE) milik para Anunnaki yang diyakini berada di Mesopotamia (kini IRAK).


STAR GATE

ini merupakan semacam portal milik Anunnaki untuk datang dan melihat peradaban kita. Karena memiliki teknologi canggih, dan menciptakan manusia, maka Anunnaki diposisikan sebagai dewa oleh orang Sumeria. Setelah beberapa saat hidup di Planet Bumi, Anunnaki pun pergi, dan berjanji KELAK akan kembali.

Kemanakah mereka? Mengeksplorasi kehidupan lain? Menciptakan peradaban baru? Lalu apa yang terjadi pada tahun 2012? Apakah Planet X akan melewati bumi dan kembali membawa kita masuk Zaman Es? Atau, para Anunnaki akan kembali? Berbagai keyakinan tentang adanya”MESSIAH” jika diurut kebelakang, berkaitan dengan janji Anunnaki bahwa mereka kelak akan kembali. Kalaupun kembali, maka kembali sebagai apa? Sebagai teman atau musuh? Apakah mereka masih menganggap kita sebagai budaknya?

Mungkinkah akan terjadi perang antara kita, warga Bumi dengan Anunnaki? Presiden Amerika Ronald Reagan pernah menyinggung soal ancaman dari luar angkasa dalam salah satu pidatonya. Reagan juga mengusulkan dibentuknya system persenjataan berbasis luar angkasa (STAR WARS). Mungkinkah saat itu sudah ada kontak dengan mahluk luar angkasa?

Fisik Anunnaki
Bandingkan manusia gua (Neanderthal) dengan manusia modern. Di mana bedanya secara fisik? Banyak sekali. Manusia modern (kita) memiliki fisik yang lebih estetik (indah) dan halus dibandingkan manusia gua. Dan itu hasil perpaduan DNA Anunnaki dengan kita. Bangsa Anunnaki sendiri memiliki ciri-ciri fisik :

- Tinggi rata-rata 78 kaki (3 meter)

- Kulit putih

- Rambut pirang atau merah, mata biru

Mungkin berdasarkan itu maka terdapat keyakinan pada kalangan rasisme bahwa kulit putih sejak jaman dulu identik dengan “kasta lebih tinggi” atau “dianggap lebih estetik”, karena masih menganut standar patokan Anunnaki.

Bangsa Kaukasia (kulit putih, pirang, mata biru) memiliki paling banyak ciri ciri fisik Anunnaki. Ini bisa dilihat dari golongan darah mereka, yaitu Rhesus negative. Karena rhesus negative, bukan berasal dari DNA kita. Tapi, dari Anunnaki (alien). Makanya Amerika menyerbu Irak dengan dalih, mencari senjata nuklir. Karena sisa radioaktifnya terdeteksi.

Kenapa waktu AS menyerbu Irak, juga menjarah museum, dan artefak2 kuno dari jaman Sumeria juga diambil? Mencari apa? Diduga mereka mencari “Kunci” untuk menemukan Stargate (Gerbang Bintang), portal milik bangsa Anunnaki

Ada 270 ribu lebih artefak kuno dari Museum Nasional Bahgdad, Irak yang dijarah tentara Bush. Cuma sedikit yang dikembalikan, sisanya hilang tanpa berbekas. Ada apa dibalik ini? Apa yang dicari?? Pasti sesuatu yang sangat URGENT.

Beberapa fakta menarik yang telah ditemukan :
Mungkinkah sebuah bintang punya kekuatan luar biasa? Mungkin! Karena ada satu bintang “kerdil” (dwarf star, sebutannya) yaitu SIRIUS (atau dog star) yang memiliki tingkat kepadatan yang sangat solid, melebihi matahari. Padahal ukurannya jauh lebih kecil, namun untuk kepadatan massa, Sirius paling berat. Jika bintang ini masuk orbit, atau bertabrakan..maka efeknya lumayan fatal.

- Kalau dikaji tulisan- tulisan kuno tentang astronomi kita, maka Bumi pada awalnya menempati posisi lebih dekat dengan matahari. Hari-hari di bumi lebih singkat, lebih panas, dan penduduknya berkulit gelap karena melanin yang tinggi (makanya penelitian tentang manusia pertama, atau Adam, menemukan bahwa Adam ini seorang negroid, kulit hitam).

Saat itu, planet yang lebih kondusif dari sisi iklim, jarak dengan matahari dan atmosfir adalah Mars. Namun karena ada tubrukan, maka Jupiter masuk orbit. Jadi jarak bumi menjauh dari matahari. Ini berpengaruh pada banyak hal, seperti warna kulit penduduk, lama hari, dll.

Para ilmuwan sepakat bahwa tabrakan itulah yang menyebabkan “The Great Deluge” atau banjir besar yang ada di dalam kisah Nabi Nuh.

Benda Cagar Budaya di Kota Bogor tak Terurus


Seorang warga Empang menunjukkan benda cagar budaya Batu Dakon yang berada tepat di samping rumahnya, Gg.Raden Saleh, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, sejumlah benda cagar budaya di Kota Bogor tidak terawat dan memprihatinkan sehingga dikhawatirkan akan hilang atau punah tergerus pembangunan.


Sejumlah benda cagar budaya yang ada di Kota Bogor terbengkalai dan tidak terawat sehingga terancan hilang atau punah karena tergerus pembangunan yang kian marak. Padahal, Kota Bogor merupakan kota yang kaya akan prasasti bersejarah. Sejumlah benda cagar budaya yang tidak terurus dan kondisinya memprihatinkan berdasarkan pemantauan “PRLM”, Selasa (19/4) misalnya Batu Dakon di wilayah Empang, Prasasti Batu Tulis Jln. Batu Tulis, serta bangunan punden berundak di Kelurahan Pasir Jaya. Hampir seluruh benda cagar budaya ini berlokasi di tengah permukiman penduduk yang padat. Bahkan, keberadaannya seakan tergusur oleh perumahan. Selain itu, beberapa di antaranya berlokasi di tanah bukan milik Pemkot Bogor.


Salah seorang warga Gg. Raden Saleh, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan yang rumahnya dekat dengan benda cagar budaya Batu Dakon, Dani (30), petugas yang datang ke lokasi untuk mengecek kondisi benda cagar budaya sangat jarang. “Ada beberapa kali ke sini. Tapi hanya untuk memasang papan nama, sekitar tiga bulan yang lalu. Selain itu ada juga orang Pemkot Bogor yang datang, tapi jarang yang membersihkan lokasi cagar budaya,” ungkap Dani yang sering merawat cagar budaya Batu Dakon. Dikatakan Dani, beberapa waktu lalu terlontar keinginan Pemkot untuk membersihkan lokasi cagar budaya agar lebih layak. Namun, hingga saat ini hal itu belum terrealisasi. Beberapa kali, sejumlah orang dari beberapa daerah sering datang ke lokasi, bahkan ada pula yang sampai menginap. “Kurang tahu juga buat urusan apa. Mungkin bersemedi atau ngapain, yang jelas mereka meminta izin buat nginep di sini,” lanjut Dani. Menurut Dani, seandainya benda cagar budaya ini dirawat oleh Pemkot Bogor, maka kemungkinan tidak akan disalahgunakan oleh orang luar. Saat ini, benda cagar budaya ini sangat memprihatinkan. Batu jenis andesit dengan sembilan lubang (yang tersisa) seperti mainan dakon (congklak) ini terletak sangat mepet dengan rumah warga. Di sekitarnya banyak tanaman yang tidak terurus. Bahkan, sejumlah barang bekas juga diletakkan di sekitar lokasi cagar budaya sehingga dari luar tidak kelihatan jika di balik tembok tersebut ada peninggalan prasejarah. Berdasarkan sejumlah literatur, batu dakon ini merupakan peninggalan masa prasejarah sebagai media pada upacara adat masyarakat pada masa itu. Lokasinya yang berada persis di tengah permukiman penduduk dan berada di lahan milik PT KA juga kemungkinan menyulitkan pengunjung menemukan saksi sejarah ini. Hal ini membuat turis lokal terlebih asing banyak yang tidak mengetahui keberadaan cagar budaya ini sehingga tak sulit menarik perhatian wisatawan, selain kurang dipublikasikan. Setidaknya, pengunjung harus masuk ke dalam gang sempit berukuran 1,5 meter sejauh hampir 300 meter. Lokasinya juga tertutup oleh bangunan rumah yang ada di sekitar lokasi cagar budaya. “Jangankan turis asing, wisatawan lokal mungkin tidak tahu ada Batu Dakon di daerah ini. Tempatnya tidak terawat dan kumuh. Terakhir ada orang yang datang untuk memasang plang, sekitar tiga bulan lalu. Setelah itu, tidak ada yang datang lagi,” lanjut Dani. Budayawan Kota Bogor, Eman Sulaeman sempat mengatakan jika Kota Bogor termasuk kota yang kaya akan situs purbakala. Seharusnya, situs purbakala ini menjadi aset sekaligus saksi sejarah Bogor.Hanya saja, sampai saat ini upaya penyelamatan benda cagar budaya belum terlihat dilakukan oleh Pemkot Bogor. Berdasarkan hasil survey bersama dengan tim arkeolog di sejumlah wilayah, ditemukan sekitar 17 situs purbakala di Kota Bogor. Hanya saja, hampir semuanya dalam kondisi yang memprihatinkan.Dikhawatirkan, benda cagar budaya ini akan hilang akibat maraknya pembangunan. Anggota Komisi D, Yasir A Liputo mengatakan penyelamatan atau pelestarian situs belum menjadi prioritas. Dengan demikian, anggaran untuk situs-situs dan hal-hal yang berkaitan dengan pariwisata dan budaya masih sangat minim. “Anggarannya sangat sedikit, sekitar Rp 60 juta pada 2010. Dengan anggaran itu, dinas tak akan bisa bekerja maksimal. Seharusnya anggaran untuk budaya dan pariwisata seperti ini minimal di atas Rp 200 sampai Rp 300 juta,” katanya.






S.

Benua Atlantis yang Hilang itu ternyata Indonesia


MUSIBAH alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh hingga yang mutakhir semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu
mengingatkan kita pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal sebagai Benua Atlantis. Apakah ada hubungan antara Indonesia dan
Atlantis?


Plato (427 – 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi
berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa,
pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian
permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang
hilang atau Atlantis.




Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato‘s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.




Konteks Indonesia

Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah Nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saaitu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.

Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantaibenua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.

Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, ”Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.

Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.

Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.


Bung Karno Lahir di Surabaya


Untuk kesekian kalinya, anak muda Indonesia masih ada yang bertanya, “Di mana Bung Karno dilahirkan? Blitar atau Surabaya?” Sedih sekaligus senang mendengar pertanyaan itu. Menyedihkan, betapa bapak bangsa tidak dikenali di mana kelahirannya oleh generasi penerusnya. Ada yang salah dalam proses berjalannya sejarah di negeri ini. Ihwal rasa senang yang membuncah, karena si muda tidak malu untuk bertanya.

Baiklah. Kita mengilas balik sejarah kelahiran Bung Karno, dari “geger” pernikahan beda suku, beda agama antara Raden Soekeni Sosrodihardjo yang Islam Theosof dan berasal dari Jawa, dengan Ida Ayu Nyoman Rai yang Hindu dan berasal dari Gianyar, Bali. Untuk menikahi Idayu secara Islam, maka Idayu terlebih dulu harus masuk Islam. Satu-satunya jalan bagi mereka adalah kawin lari.

Seperti penuturan Bung Karno dalam otobiografi yang ditulis Cindy Adams, bahwa untuk kawin lari menurut kebiasaan di Bali, harus mengikuti tata-car tertentu. Kedua “merpati” itu bermalam di malam perkawinannya di rumah salah seorang kawan. Sementara itu dikirimkan utusan ke rumah orangtua si gadis untuk memberitahukan bahwa anak mereka sudah menjalankan perkawinannya.

Soekeni dan Idayu mencari perlindungan di rumah Kepala Polisi yang menjadi kawan Soekeni. Keluarga Idayu kemudian datang hendak menjemput mempelai wanita, tetapi Kepala Polisi tidak mau melepaskan. “Tidak, dia berada dalam perlindungan saya,” katanya.

Saat tiba mereka harus dihadapkan ke pengadilan, Idayu pun sempat ditanya oleh hakim, “Apakah laki-laki ini memaksamu, bertentangan dengan kemauanmu sendiri” Dan Idayu menjawab, “Tidak, tidak. Saya mencintainya dan melarikan diri atas kemauan saya sendiri.” Maka, tiada pilihan bagi mereka untuk mengizinkan perkawinan itu. Sekalipun demikian, pengadilan mendenda Idayu 25 ringgit, yang nilai sama dengan 25 dolar ketika itu. Idayu mewarisi beberapa perhiasan emas, dan untuk membayar denda itu, ia menjualnya.

Tak lama setelah pernikahan mereka, sekitar tahun 1900, Soekeni mengajukan permohonan pindah tugas ke wilayah Jawa. Pemerintah mengabulkan, dan memindahkan Soekeni ke Surabaya. Keluarga muda ini tinggal di Gang Pandean IV Nomor 40, Peneleh, Surabaya. Di sanalah Putra Sang Fajar dilahirkan.

Bung Karno Laksana Germo


Dalam masa kolonial Belanda maupun Jepang, orang nomor satu yang dicari adalah Sukarno. Laksana pucuk dicinta ulam tiba… Jepang yang merangsek kawasan Indonesia dari Pulau Sumatera, tidak terlalu sulit untuk menemukan tokoh pergerakan kemerdekaan kita. Saat Jepang mendarat tahun 1943, posisi Sukarno memang sedang berada di daerah buangan baru, di Bengkulu.

Alkisah, dalam satu pertemuan, disepakatilah bahwa Bung Karno membantu Jepang untuk perjuangan melawan Sekutu, dengan catatan, Jepang akan membantu Bung Karno memerdekakan bangsanya. “Deal” itu rupanya memiliki dampak ikutan yang memusingkan Bung Karno. Betapa tidak, bukan saja ia harus menentramkan rakyatnya untuk membantu Jepang demi menuju Indonesia merdeka, tetapi Bung Karno juga menerima permintaan-permintaan lain yang sangat mengusik hatinya.

Permintaan itu antara lain agar Bung Karno ikut memikirkan “nasib” bala tentara Nipon yang sudah sekian lama meninggalkan Tanah Airnya, yang sudah sekian lama tidak “bergaul” dengan istri-istrinya. Jika Bung Karno tidak memberi bantuan untuk mengatasi persoalan itu, Kolonel Fujiyama, Panglima Tentara ke-25, Angkatan Darat Kerajaan Jepang tidak menjamin keselamatan para gadis yang ada di sekitar markas-markas militer Jepang.

Bung Karno paham, suku Minangkabau sangat taat beragama. Para perempuannya dididik dan dibesarkan dengan sangat hati-hati. Maka, Bung Karno pun memperingatkan Fujiyama, “Kalau anak-buah tuan mencoba-coba berbuat sesuatu dengan anak-anak gadis kami, rakyat akan berontak. Tuan akan menghadapi pemberontakan besar di Sumatera.” Tapi di sisi lain, Bung Karno juga menyadari, kalau persoalan ini tidak dipecahkan, Bung Karno dan rakyat juga akan dihadapkan pada persoalan yang lebih besar lagi.

Di tengah kepusingannya, Bung Karno mendatangi seorang kiyai. “Menurut Islam,” ujar Bung Karno memulai pembicaraan, “laki-laki tidak boleh bercintaan dengan gadis, kalau dia tidak bermaksud mengawininya. Ini adalah perbuatan dosa.”

“Benar,” jawab kiai itu tegas.

Sejenak Bung Karno kesulitan melanjutkan kalimatnya. Maka, setelah hening sejenak, Bung Karno melanjutkan, “Mungkinkah aturan itu dikesampingkan dalam keadaan-keadaan tertentu?”

Kiai terperanjat dan menukas lugas, “Tidak. Tidak mungkin. Untuk Bung Karno sekalipun tidak mungkin!” protes orang alim itu dengan nada tinggi.

Pelan-pelan Bung Karno menguraikan rencananya. “Semata-mata sebagai tindakan darurat, demi nama baik anak-anak gadis kita dan demi nama baik negeri kita, saya bermaksud hendak menggunakan layanan dari para pelacur di daerah ini. Dengan demikian orang-orang Jepang itu dapat memuaskan birahinya, dan tidak akan menoleh untuk merusak anak gadis kita.”

Setelah mencerna rencana Bung Karno, sang kiai membalas, “Dalam keadaan yang demikian, sekalipun seseorang harus membunuh, perbuatannya tidak dianggp sebagai dosa.”

Aha! Cerah sudah hati dan pikiran Bung Karno. Ia pun segera mengumpulkan para pelacur yang ada di daerah itu. Ia menggelar rapat darurat. Ya…. Bung Karno rapat dengan para pelacur! “Saya tidak akan menyarankan saudara-saudara untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebiasaanmu. Rencana ini sejalan dengan pkerjaan saudara-saudara sendiri….”

Seorang pelacur menyahut, “Saya dengan Jepang kaya-kaya dan royal dengan uang.”

“Benar,” jawab Bung Karno, “mereka juga punya jam tangan dan perhiasan lainnya.”

“Saya menganggap rencana ini saling menguntungkan dalam segala segi,” ujar seorang pelacur yang berperan sebagai juru bicara. “Tidak hanya kami akan menjadi patriot besar, tapi ini juga suatu perjanjian yang menguntungkan.”

Ringkas cerita, Bung Karno berhasil menghimpun 120 pelacur, kemudian membawanya ke tempat terpencil. Dibangunkannya kamp yang dipagar tinggi di sekelilingnya. Bung Karno pula yang membuatkan aturan, setiap prajurit diberi kartu dengan ketentuan hanya boleh mengunjungi tempat itu sekali dalam seminggu. Dalam setiap kunjungan, kartunya dilubangi.

Everybody happy dengan solusi Bung Karno. Meski begitu, di dalam hati Bung Karno tertawa geli… demi memikirkan kondisi di mana seorang pemimpin pergerakan kemerdekaan, harus melaksanakan tugas tak ubahnya seorang germo…

Bung Karno Musuh Imperialisme



Untuk banyak hal, Bung Karno salah. Karena dia bukan Nabi. Tapi dalam konteks aktual saat ini. Bung Karno benar. Konteks mana yang dimaksud? Merajalelanya negara adidaya seperti Amerika Serikat dalam menjalankan aksi polisi dunia. Dengan berbagai dalih, dia merontokkan Saddam Hussein…. Dengan berbagai dalih, dia melengserkan Hosni Mubarak…. Dengan berbagai dalih, dia menggoyang untuk menjatuhkan Moamar Khadafi.

Yang masih terus dilakukan dan belum berhasil adalah “menjajah” Yaman dan Iran. Akan tetapi, boleh kita bertaruh… cepat atau lambat, dia akan memainkan hegemoninya di kedua negara itu. Apakah hanya itu? Tidak, dia akan memainkan peran yang sama kepada seluruh negara berdaulat di belahan bumi mana pun. Khususnya di negara-negara yang terdapat aset Amerika-nya. Itu artinya, termasuk Indonesia? Benar.

Di mana letak “benar”-nya Sukarno? Dia menggalang kekuatan Asia-Afrika (AA). Dia menggalang kekuatan New Emerging Forces (NEFO). Dia melempar gagasan non-alignment… non blok. Sungguh, Sukarno tahu betul, tidak akan menjadi baik bumi ini, jika di atasnya hanya bercokol dua kekuatan… apalagi hanya satu kekuatan.

Saat blok terpecah Barat dan Timur sekalipun, Sukarno enggan untuk berafiliasi kepada salah satunya. Bung Karno memainkan peran seimbang. Karenanya, dia pernah menerima bantuan dari Barat, pernah menerima bantuan dari Timur, tetapi dia juga bisa lantang meneriakkan, “Go to hell with your aid” manakala bantuan-bantuan asing itu ditunggangi berbagai kepentingan.

Manusia Sukarno adalah musuh imperialisme, karenanya, dia harus dibinasakan. Begitu opini yang dikembangkan bangsa-bangsa imperialis. Terlebih ketika Bung Karno kampanye “berdikari” ke seluruh pelosok negeri, juga ke belahan jagat raya ini. Semangat berdikari, spirit berdiri di atas kaki sendiri, tekad tanpa ketergantungan kepada pihak mana pun.

Dalam konferensi Asia Afrika di Aljazair Bung Karno menyerukan berdikari, berdikari… berdikari kepada seluruh rakyat di Asia dan Afrika. Bahkan di Bogor, dalam suatu kesempatan Bung Karno menegaskan, lonceng kematian imperialisme berbunyi… sebab het wezen atau inti daripada imperialisme adalah, membuat bangsa-bangsa tidak berdiri di atas kaki sendiri. Prinsip inti imperialisme ialah membuat bangsa-bangsa memerlukan barang-barang bikinan imperialis, memerlukan persenjataan pihak imperialis, memerlukan bantuan pihak imperialis.

Untuk menggelorakan semangat berdikari, Bung Karno bahkan punya slogan yang sangat terkenal, “Nanti… ketika Banteng Indonesia, bersatu dengan Lembu Nandi dari India, Spinx dari Mesir, dan Barongsai dari China… saat itulah imperialisme akan mati!”

Bisa kita bayangkan memang, jika negara-negara besar seperti Indonesia, Cina, India, Mesir bersatu… mau apa Amerika? Justru dalam keadaan terpecah… justru dalam keadaan tidak berdikari, imperialisme begitu merajalela. Khusus Timur Tengah, kondisi itu diperparah dengan ketidak-kompakan di antara bangsa Arab sendiri.

Sungguh. Dunia butuh “Bung Karno”.

“Menghidupkan” Kembali Bung Karno


Bung Karno lahir 6 Juni 1901 di Pandean, Peneleh, Surabaya. Tentang fakta ini, banyak yang tahu, tapi yakinlah… lebih banyak lagi yang tidak tahu. Terlebih generasi muda. “Cilaka”nya lagi, berbagai peringatan tentang kelahiran Sang Proklamator ini, justru selalu dan seringnya dilangsungkan di Blitar. Bahkan salah satu buku sejarah terbitan Departemen Pendidikan tahun 80-an, menyebutkan Bung Karno lahir di Blitar.

Sejarah mendasar yang keblinger ini sempat tak tersentuh. Bukan saja karena di era kepemimimpinan Soeharto, segala hal yang berbau Sukarno diberangus, tetapi para Sukarnois sendiri seperti tertidur lelap. Tidak mau berurusan dengan rezim Soeharto yang sepertinya selalu dan selalu merasa kurang dalam mengubur Bung Karno. Yang lebih parah, putra-putri biologis Bung Karno sendiri seperti menganggap hal itu tidak penting.

Tak terkecuali Megawati Soekarnoputri. Sejak terjun ke politik dan mendapat sampur kekuasaan sebagai Wakil Presiden, kemudian Presiden, tidak pernah berinisiatif memperingati hari kelahiran bapaknya di Surabaya. Maka tidak heran, meluruskan sejarah bapaknya saja tidak mau, apalagi mengadopsi ajaran-ajarannya. Darah nasionalis yang mengalir pada tubuhnya, sudah terkontaminasi oleh paham liberal dan kapitalistis. Itu mengapa tidak ada satu pun mercu suar peninggalan Presiden Megawati yang bisa dibanggakan.

Eeeeittt... mengapa jadi mengkritisi Megawati? Back to the topic…. Ini tentang upaya “menghidupkan” kembali Bung Karno. Seorang rekan, Peter A. Rohi, seorang sukarnois tulen asal NTT, penggagas Soekarno Institut sekaligus jurnalis kawakan, suatu hari memboyong ide brilian. Ia mengajak saya terlibat dalam kepanitiaan nasional peringatan kelahiran Bung Karno di kota kelahirannya, Surabaya. Bukan hanya itu, ia juga menggagas pembangunan monumen Bung Karno di lokasi Putra Sang Fajar dilahirkan.

Yang lebih membuat saya tidak bisa menolak, bahkan merasa wajib ikut serta adalah, idenya untuk membangun monumen secara gotong royong. Ya, gotong royong, ciri khas bangsa Indonesia yang kemudian dijabarkan Bun Karno dalam panca sila. Ihwal bentuk gotong royong yang dimaksud, antara lain dengan mengimbau masyarakat untuk menyumbangkan satu-dua batu bata yang tak terpakai, yang lazim tergeletak di belakang atau samping rumah.

Begitulah sekilas ide dasar peringatan hari kelahiran Bung Karno di Surabaya, 6 Juni mendatang. Selain peletakan batu pertama pembangunan monumen Bung Karno di lokasi ia dilahirkan, panitia juga merancang dua agenda lain berupa sarasehan dan peluncuran buku.

Sifat gotong royong juga sudah diletakkan pada saat pembentukan kepanitiaan. Semua yang terlibat, memberi kontribusi tanpa pamrih, baik pikiran, tenaga, dana, bahkan doa. Yang menyenangkan, tidak satu pun anggota panitia yang mengusulkan untuk “membuat proposal”…. Bahkan tidak satu pun yang mengajukan usul, “bicarakan ke keluarga Bung Karno yang masih hidup”….

Sekalipun begitu, panitia ini sangat optimistis, para Sukarnois akan berbondong-bondong mendukung. Baik dalam bentuk dukungan pikiran, tenaga, doa, maupun dana, yang kesemuanya dalam bingkai semangat gotong royong. Mohon doa restu.

Ecodrive, Sepeda Plus iPhone




Anda pecinta musik dan doyan gowes? Dua hobi itu kini bisa digabungkan melalui sepeda Ecodrive. Seperti apa?

Sepeda Ecodrice memiliki sinyal lampu berputar yang terintegrasi dan dapat dikendalikan dengan stang. Selain itu, ada pula komponen pendukung smartphone yang memungkinkan pengguna memanfaatkan gadget seperti iPhone sambil bersepeda.

iPhone itu membuat pengendara sepeda mampu mengakses GPS dan kemampuan navigasi lain. Ecodrive juga memiliki fitur iPod. Pengguna bisa mengakses musik dengan mudah serta membuka aplikasi peta MapQuest secara aman.

Bahkan, produk unggulan ini mengatasi masalah protokol keselamatan. Aturan keselamatan mewajibkan pengguna sepeda selalu menaruh kedua tangan di atas stang (handlebars). Meski ada aturan yang mewajibkan gerakan tangan sebagai sinyal ke pengendara.

Sepeda Ecodrive yang diciptakan Juil Kim dari Technologically Advanced Skinny Cycle juga telah menemukan solusi dia hal yang bertentangan itu.


sumber
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...