Inilah 4 Keraton Eks Kejayaan Cirebon


Cirebon memang meninggalkan banyak kisah sejarah kejayaan Islam di masa lalu. Setidaknya terdapat empat keraton yang menunjukkan hal itu.Yakni Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon.

Semuanya memiliki perpaduan arsitektur kebudayaan Islam, Cina, dan Belanda. Ciri bangunan keraton ini selalu menghadap ke utara dan ada sebuah masjid di dekatnya. Setiap keraton mempunyai alun-alun sebagai tempat berkumpul, pasar dan patung macan di taman atau halaman depan.

Mengunjungi keraton di Kota Cirebon seakan memamerkan kepada Anda akulturasi yang terjadi tidak saja antara kebudayaan Jawa dengan kebudayaan Sunda, tapi juga dengan berbagai kebudayaan di dunia, seperti China, India, Arab, dan Eropa. Hal inilah yang membentuk identitas dan tipikal masyarakat Cirebon dewasa ini yang bukan Jawa dan bukan Sunda.

Hal yang menarik dari Keraton di Cirebon adalah adanya piring-piring porselen asli Tiongkok yang menjadi penghias dinding semua keraton di Cirebon. Beberapa piring konon diperoleh dari Eropa saat Cirebon jadi pelabuhan pusat perdagangan Pulau Jawa. Tak cuma di keraton, piring-piring keramik itu bertebaran hampir di seluruh situs bersejarah di Cirebon.

Dari 4 buah Keraton, yaitu Kasepuhan, Kanoman, Keprabonan, dan Kacirebonan maka bila dilihat dalam pengertian arsitektural, yang cocok disebut sebagai bangunan keraton hanyalah Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, sebab keduanya memiliki bagian-bagian bangunan yang seharusnya ada dalam sebuah komplek keraton, salah satunya seperti alun-alun, masjid agung, dan siti hinggil. Sementara kedua keraton yang lain Keprabonan dan Kacirebonan lebih tepat dikatakan sebagai bangunan ndalem.

Keraton-keraton yang berada di Cirebon telah menjadi saksi sejarah panjang Kota Cirebon sejak abad 13 hingga sekarang, mulai dari terbentuknya Kesultanan Cirebon hingga terbagi menjadi empat kepemimpinan seperti sekarang. Sejarah tersebut dapat Anda pahami kembali secara detail saat mengunjungi setiap keraton yang terdapat di Cirebon. Setiap situs yang tertinggal di keraton-keraton ini memiliki falsafah yang luhur yang akan membuat Anda merasa bangga dengan kebesarannya di masa lalu.

*Keraton Kasepuhan


Keraton Kasepuhan lokasinya terletak di Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon. Keraton Kasepuhan didirikan tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II yang merupakan cicit dari Sunan Gunung Jati sekaligus menggantikan Sunan Gunung Jati tahun 1506. Keraton Kasepuhan sebagai keraton Kesultanan Cirebon yang pertama dan memiliki sejarah yang paling panjang dibanding keraton lainnya di Cirebon.

Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini terkenal paling bersejarah. Keraton ini juga memiliki wilayah kekeratonan yang terluas, wilayah Baluarti kekeratonannya mencapai lebih dari 10 hektar. Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Di dalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.

Lazimnya sebuah keraton di Pulau Jawa, keraton ini terletak di selatan alun-alun dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa di barat alun-alun. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya. Keraton Kasepuhan memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu Kereta Singa dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.

Pada masa awal didirikannya Keraton Kasepuhan ini, bagian yang pertama kali dibangun adalah bangunan Keraton Pakungwati I, bangunan ini terletak di bagian timur komplek Keraton. Keraton Pakungwati dibangun menghadap ke arah Laut Jawa dan membelakangi Gunung Ciremai. Bangunan ini terdapat di sebelah timur bangunan Keraton Pakungwati II yang dibangun pada masa selanjutnya. Sementara bangunan keraton yang lebih baru akan Anda temui saat masuk melalui siti hinggil.

Keberadaan dua patung macan putih di gerbangnya, selain melambangkan bahwa Kesultanan Cirebon merupakan penerus Kerajaan Padjajaran, juga memperlihatkan pengaruh agama Hindu sebagai agama resmi Kerajaan Padjajaran. Gerbangnya yang menyerupai pura di Bali, ukiran daun pintu gapuranya yang bergaya Eropa, pagar siti hingilnya dari keramik Cina, dan tembok yang mengelilingi keraton terbuat dari bata merah khas arsitektur Jawa sekaligus bukti terjadinya akulturasi.

Banyak sejarah penting juga falsafah hidup masyarakat Cirebon yang dapat Anda pelajari di dalam keraton ini. Selasar menuju Bangsal Prabayaksa atau singgasana sultan dibuat tidak tegak lurus terhadap bagian teras depan bangunan keraton dimaksudkan apabila ada musuh menyerang, meraka tidak dapat langsung melihat dan menyerang menuju singgasana, namun dibuat membelok sehingga dapat lebih mudah diatasi. Kerikil-kerikil yang tersebar merata di tanah sepanjang pinggir pagar yang ditujukan untuk mengantisipasi penyusup yang masuk, sebab suara kerikil akan langsung terdengar begitu ada yang menginjak dan berjalan di atasnya.

Lawang Sanga di bagian selatan Keraton, tepat di sisi Sungai Krayan merupakan bangunan kepabeanan pada masa Kesultanan Cirebon dulu. Sebagai tempat bea dan cukai masa Kesultanan Cirebon ini merupakan bangunan terpenting bagi perekonomian Kesultanan Cirebon. Setiap barang yang masuk dari luar kerajaan dibawa oleh perahu yang berlayar dari arah Laut Jawa untuk kemudian menyusuri kali Krayan dan memasuki Bangunan Lawang Sanga.

*Keraton Kanoman


Dari Keraton Kasepuhan, Anda dapati Keraton Kanoman ini hanya berjarak 600 meter ke arah utara. Akses jalannya harus melalui pasar tradisional yang mengasyikan untuk berbelanja oleh-oleh Cirebonan, sehingga Anda yang senang membeli oleh-oleh tidak perlu jauh-jauh mencari toko oleh-oleh, karena semua telah tersedia di dalam pasar tersebut.

Keraton Kanoman adalah pusat peradaban Kesultanan Cirebon, yang kemudian terpecah menjadi Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon. Kraton Kanoman di bangun tahun 1588 oleh Sultan Badaruddin yang memisahkan diri dari Kesultanan utama Cirebon karena berbeda pendapat dengan saudaranya mengenai siapa yang berhak menjadi ahli waris Kesultanan Cirebon. Bangunan Kraton Kanoman, sebuah istana yang lebih kecil ukurannya dari pada Kraton Kasepuhan. Kraton Kanoman mempunyai pendopo dengan sebuah altar di dalamnya, di sini terdapat koleksi piring-piring antik dari Eropa. Kompleks Keraton Kanoman mempunyai luas sekitar 6 hektar. Di Kraton ini sekarang tinggal sultan ke-12 yaitu Raja Muhammad Emiruddin berserta keluarga. Kraton Kanoman merupakan komplek yang luas, terdiri dari 27 bangunan kuno, salah satunya saung yang bernama Bangsal Witana yang merupakan cikal bakal kraton yang luasnya hampir lima kali lapangan sepakbola. Komplek Keraton Kanoman memiliki ruang yang cukup menarik sebagai tempat wisata, dengan pohon-pohon beringin yang rimbun serta taman-taman keraton yang dikelilingi benteng bata menjadi sebuah oase yang sejuk di tengah Kota Cirebon yang cukup panas.

Kraton Kanoman juga mempunyai museum dengan pintu-pintunya yang berukir, koleksi terpenting museum ini adalah Kereta Perang Paksi Naga Liman dan Kereta Jempana dengan bentuk mirip seperti kereta di Kraton Kasepuhan. Koleksi museum lainnya adalah aneka senjata seperti keris, tombak, gamelan, dan lain-lain. Tidak jauh dari kereta, terdapat Bangsal Jinem atau pendopo untuk menerima tamu, penobatan sultan, dan pemberian restu sebuah acara seperti Maulid Nabi. Di bagian tengah kraton terdapat komplek bangunan bernama Siti Hinggil.

Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang dilakukan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Sunan Gunung Jati adalah tokoh penting yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Sunan Gunung Jati meninggalkan jejaknya yang hingga kini masih berdiri tegak, jejak itu bernama Kraton Kanoman. Keraton Kanoman masih taat memegang adat-istiadat dan pepakem, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal, seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke makam Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara.

Bangunan Kraton Kanoman seluruhnya menghadap ke utara. Di luar bangunan Kraton terdapat sebuah bangunan bergaya Bali yang disebut dengan Balai Manguntur yang terbuat dari batu merah. Di dekat bangunan Balai Maguntur ini terdapat sebuah pohon beringin yang berukuran besar. Fungsi bangunan ini adalah tempat kedudukan sultan apabila menghadiri upacara seperti apel prajurit atau menyaksikan pemukulan gamelan sekaten tanggal 8 Maulid. Masyarakat juga mengatakan bahwa Balai Maguntur diartikan sebagai balai mangun tutur yang artinya tempat sultan berpidato atau berbicara kepada masyarakat tentang hukum dan agama. Keraton ini juga memiliki alun-alun dimana pada acara-acara tradisi tertentu lapangan ini akan berubah menjadi lautan orang yang membludak ingin mengikuti tradisi seperti Muludan dan acara-acara tradisi lainnya.

*Keraton Keprabon
Keraton Keprabon terletak di Jalan Lemahwungkuk, dekat Keraton Kanoman. Keraton ini dari segi arsitektural disebut bangunan Ndalem, karena Keraton Keprabon tidak memiliki struktur sebuah komplek atau bangunan keraton, tidak memiliki alun-alun, dan masjid agung, namun lebih terlihat sebagai sebuah kediaman pemangku adat (Ndalem). Akses masuk keraton ini adalah melalui sebuah gang selebar 3 meter di antara deretan ruko. Bangunan di dalamnya pun sangat sederhana, tidak menunjukkan kemewahan dan kemegahan sebuah keraton, lebih berbentuk rumah dengan halaman kecil di dalamnya.

*Keraton Kacirebonan
Keraton Kecirebonan dibangun tahun 1800, banyak menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti Keris Wayang, perlengkapan perang, hingga gamelan. Kraton Kacirebonan berada di wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan, tepatnya 1 Km sebelah barat daya dari Kraton kasepuhan dan kurang lebih 500 meter sebelah selatan Kraton Kanoman. Kraton Kacerbonan merupakan pemekaran dari Kraton Kanoman setelah Sultan Anom IV yakni PR Muhammad Khaerudin wafat, Putra Mahkota yang seharusnya menggantikan tahta diasingkan oleh Belanda ke Ambon karena dianggap sebagai pembangkang dan membrontak. Ketika kembali dari pengasingan tahta sudah diduduki oleh PR. Abu sholeh Imamuddin. Atas dasar kesepakatan keluarga, akhirnya PR Anom Madenda membangun Istana Kacerbonan, kemudian muncullah Sultan Carbon I sebagai Sultan Kacirebonan pertama.

Keraton Kacirebonan memiliki akses yang paling mudah dibanding ketiga keraton lainnya karena terletak tepat dipinggir sebuah jalan besar. Sama seperti Keraton Keprabon, bangunan Keraton Kacirebonan tidak termasuk tipologi arsitektural bangunan keraton. Bentuk bangunannya lebih seperti bangunan pembesar pada zaman kolonial Belanda dengan pengaruh arsitektur Eropa yang kuat.

Ciri-ciri Cowok Matre


Wanita mana yang tidak kebat-kebit hatinya ketika bertemu pria tampan dan simpatik? Tentunya, perhatian si dia bisa bikin hati berbunga-bunga. Namun, bagaimana jika di balik sikapnya yang memesona, dia malah sedang ‘menguras’ kantong Anda alias dia ini adalah Cowok Matre.

Menurut Cherie Carter-Scott dalam bukunya ‘If Love is a Game, These are the Rules’, ada beberapa tanda yang bisa Anda kenali untuk mendeteksi pria materialistis alias matre.

Ini Dia Ciri-ciri Cowok Matre:

1. Awalnya tidak pelit
Tipe pria matre ini awalnya memang tergolong royal. Pada awalnya dia menghujani Anda kiriman bunga, cokelat, dan benda-benda unik. Tentunya, Anda bisa luluh pada godaan pria romantis itu.

Pria jenis ini pintar melakukan berbagai cara untuk menaklukkan wanita. Sifat matre-nya baru akan kelihatan kalau wanita yang diincar sudah berhasil didapat.

2. Penampilan gaya
Sebagai wanita, sebaiknya mengenal baik pria seperti apa yang sedang mendekati Anda. Jangan mudah tertarik pada penampilan saja, sebab biasanya pria matre itu penampilannya bergaya. Untuk mengenalinya juga bisa dilihat dari cara dia memilih teman dan pasangan. Coba perhatikan, siapa-siapa saja temannya atau mantan-mantannya. Apakah selama ini ia hanya bergaul dengan kalangan jetset saja atau tidak.

3. Banyak alasan pada saat mau membayar sesuatu
Pria matre biasanya enggan mengeluarkan uang dari kocek sendiri untuk keperluan pasangannya. Dan, kondisi semacam ini berlangsung terus-menerus. Ciri lainnya, mereka terlalu berhitung alias pelit, tapi bisa royal untuk kesenangannya sendiri. Mereka juga tidak punya rasa sungkan untuk meminta sesuatu dari sang kekasih.

Tapi, benarkah seorang pria matre adalah seratus persen sosok ‘tanpa hati’ yang cuma melirik isi dompet wanita? Ada kemungkinan si pria matre sungguh-sungguh jatuh hati pada kekasihnya, tapi juga sekaligus mengambil keuntungan materi darinya.

Lantas, bagaimana bila Anda sudah kepincut dengan pria tipe ini? Saran Cherie, cobalah ungkapkan masalah keuangan ini padanya. Tahapan selanjutnya adalah melakukan negosiasi.

Ada pun negosiasi bisa dilakukan melalui tindakan. Misalnya, Anda yang biasanya murah hati, tiba-tiba menolak jika dia meminta sesuatu. Atau, biasanya ringan mentraktir, jadi mulai hitung-hitungan. Yang biasanya mudah memberi hadiah, dihentikan dulu untuk sementara. Lakukan berulang kali agar ia menangkap isyarat pelan-pelan, tapi ‘menusuk’ dari Anda. Cara semacam itu lumayan jitu untuk mengukur kesungguhan cintanya.

Jika si dia belum tobat juga dari matre-nya? Apa boleh buat, Anda harus berani mengambil keputusan untuk hidup Anda. Sebelum telanjur terlibat jauh, lebih baik segera tinggalkan saja. Karena, banyak kasus konflik suami-istri yang berakhir pada perceraian, bersumber dari masalah keuangan.

Uang 1000 Rupiah Dari Zaman Ke Zaman


Indonesia merupakan negara yang besar.Indonesia mempunyai mata uang yang terbilang menarik. Mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka adalah Oeang Republik Indonesia atau ORI. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka. Sampai sekarang mata uang Indonesia sudah terdiri dari bermacam-macam bentuk dan jenisnya.Mata uangnya pun sering mengalami perubahan dan pergantian. Uang seribu rupiah pun juga sudah mengalami perubahan dan pergantian berulang kali dari tahun ke tahun. Berikut model dan desain mata uang Indonesia dari tahun 1952 sampai 2009:

Uang Rp 1000,00 Tahun 1952











Uang Rp 1000,00 Tahun 1958











Uang Rp 1000,00 Tahun 1959












Uang Rp 1000,00 Tahun 1960

Uang Rp 1000,00 Tahun 1968











Uang Rp 1000,00 Tahun 1975

Uang Rp 1000,00 Tahun 1980

Uang Rp 1000,00 Tahun 1987










Uang Rp 1000,00 Tahun 1992








Uang Rp 1000,00 Tahun 2000-2009


Sejarah Asal Mula BRA


JEJAK pemakaian kutang/bra dimulai sejak abad ke-3 ketika para perempuan Romawi membebatkan semacam perban untuk membungkus dada mereka saat berolahraga.
Cikal-bakal bra seperti yang kita kenal sekarang diluncurkan kali pertama di Paris, Prancis, pada 1889. desain bra modern itu dibuat oleh seorang pengusaha pakaian bernama Herminie Cardolle. Bentuknya masih menyerupai korset, pendahulu bra. Bedanya, Cardolle membagi pakaian dalam perempuan itu menjadi dua bagian, perut dan dada. Brassiere yang merupakan akar kata dari bra kali pertama digunakan oleh majalah Vogue pada 1907. Meski cikal-bakalnya sudah ada, perempuan di masa itu lebih memilih mengenakan korset. Kebiasaan ini sempat hilang ketika Perang dunia I.

Pasalnya, industri militer negara-negara yang terlibat perang, membutuhkan banyak logam untuk memproduksi peralatan perang. Logam pada korset harus dialih-fungsikan untuk kebutuhan yang dianggap jauh lebih mendesak itu. Pada 1917, Bernard Baruch, Ketua dewan Industri Perang Amerika secara khusus meminta para perempuan untuk meninggalkan kebiasaan mereka mengenakan korset.

Pemakaian korset pada dasarnya membahayakan kesehatan. Meski membentuk tubuh seorang perempuan sesuai standar kecantikan di masa itu, korset membuat susah bernapas, dan pada beberapa kasus ekstrim menyebabkan terjadinya dislokasi organ. Tak sulit bagi perempuan untuk meninggalkan kebiasaan yang sungguh menyiksa tersebut. Hasilnya, sebanyak 28.000 ton logam berhasil “dialih-fungsikan” untuk keperluan industri perang. Jumlah itu cukup untuk membuat dua buah kapal perang besar.

Perempuan harus menemukan alternatif untuk membungkus dada mereka. Pada saat inilah Mary Phelps Jacob, seorang sosialita Amerika, mulai memperkenalkan bra modern yang pertama pada 1910. Jacob bermaksud menghadiri sebuah pesta besar dengan mengenakan sebuah gaun malam tipis berpotongan dada rendah. Rangka korset dari tulang ikan hiu yang hendak dikenakannya mengganggu keindahan gaun yang dipersiapkan sejak jauh hari. Bersama salah seorang pelayannya, dia membuat pakaian dalam dari dua saputangan sutra yang disatukan dengan pita merah muda. desain ini kemudian menjadi populer di lingkaran pergaulan Jacobs dan kemudian dipatenkan pada 1914.

Tren fashion kemudian bergeser dari bentuk tubuh montok (yang dimodifikasi dengan menggunakan korset) ke bentuk tubuh kurus dengan dada rata. Gaya yang dianggap modern saat itu adalah gaya busana perempuan yang dibuat praktis tanpa menggunakan banyak bahan dan membuat perempuan lebih mudah bergerak. Pergeseran tren ini diikuti kian aktifnya perempuan di berbagai lapangan pekerjaan. Perempuan yang mengikuti fashion, yang dianggap mencerminkan pemberontakan itu, kemudian lazim disebut flapper. Bra dengan bentuk modern ini kemudian mulai diproduksi secara massal pada 1920-аn. Tapi produksi masal itu belum memperhatikan ukuran individual masing-masing perempuan. Barulah pada 1922 perempuan bisa mengenakan kutang dengan lebih nyaman ketika Ida dan William Rosenthal merevolusi bentuk bra.

Mereka menciptakan ukuran baku bra yang terdiri dari lingkar linear rusuk dan ukuran volume dada (cup size) dengan menggunakan abjad (A, B, C, d, dan seterusnya). Ukuran A sama dengan delapan ons cairan, sementara B setara dengan 13 ons, dan C sama dengan 21, dan seterusnya. Ida dan William kemudian mendirikan perusahaan bra Maidenform yang beroleh kesuksesan luar biasa dan menjadikan pasangan Rosenthal jutawan. Maidenform masih berdiri hingga sekarang.

Bra menjadi bagian dari busana sehari-hari perempuan hingga muncul revolusi pemikiran tentang peran perempuan. di Amerika, revolusi ini dimulai ketika buku Feminine Mystique karya Betty Friedan terbit pada 1963. Buku itu mempertanyakan peran perempuan, yang seolah dikembalikan ke ranah domestik oleh sistem masyarakat ketika itu.

Hal ini berlanjut hingga 1970-аn di mana protes atas ikon-ikon yang dianggap mengekang perempuan dipertanyakan oleh kaum feminis. Germaine Greer, salah seorang feminis intelektual, menyatakan bahwa, “Bra adalah sebuah ciptaan yang menggelikan.”

Sebagai dukungan atas pemikiran itu, banyak perempuan memutuskan untuk tak lagi mengenakan bra. Sedikit banyak hal ini cukup memukul industri bra. Ida Rosenthal, sang industrialis pakaian dalam, hanya menjawab dengan santai, “Kita adalah sebuah demokrasi. Sah-sah saja kalau orang berpakaian atau telanjang. Tapi setelah usia 35, bentuk tubuh perempuan tak mendukungnya untuk tidak mengenakan bra. Waktu berpihak kepada saya.” Belakangan kata-kata Ida itu terbukti ada benarnya.

Meski sempat mengalami hambatan, industri bra terus berkembang. Apalagi ketika Madonna mengenakan sebuah kostum bra yang meruncing di bagian dada. Kostum itu dibuatkan khusus oleh perancang Prancis Jean-Paul Gaultier untuk tur Blonde Ambition pada 1990.

Pada awal abad ke-19, menutup dada belum jadi kelaziman di Indonesia. Kebiasaan mengenakan kutang diperkenalkan Belanda. dalam novelnya, Pangeran diponegoro, Remy Sylado menjelaskan asal-muasal istilah kutang.

Saat itu, dalam proyek pembangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan, Belanda mempekerjakan budak perempuan dan laki-laki. don Lopez, seorang pejabat Belanda, melihat budak perempuan bertelanjang dada. dia kemudian memotong secarik kain putih dan memberikannya kepada salah seorang di antara mereka sembari berkata dalam bahasa Prancis: “tutup bagian yang berharga (coutant) itu.” Berkali-kali dia mengatakan “coutant.. coutant” yang kemudian terdengar sebagai kutang oleh para pekerja.
Di berbagai negara bra/BH disebut dengan cara berbeda-beda. di Prancis penahan dada itu disebut soutien-gorge (penopang tenggorokan), di Spanyol sujetar (menopang). di Jerman bustenhalter, di Swedia bysthallare, dan di Belanda bustehouder–semuanya berarti penopang dada. Sementara dalam bahasa Esperanto (Rusia) bra disebut mamzono yang artinya sabuk dada.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...