Angklung sebagai alat musik tradisional Jawa Barat memiliki daya tarik bagi para wisatawan asing untuk belajar memainkannya seperti terlihat di Saung Angklung Udjo, Kota Bandung, Jawa Barat
Saung Angklung Udjo (SAU) ternyata buka stan di Indonesia Travel & Holiday Fair (ITHF) 2011 yang bertempat di Central Park, Jakarta. Pemandangan ini jarang terjadi karena sebelumnya mereka tidak terbiasa ikut berpartisipasi dalam pameran wisata.
“Tahun ini kita memang banyakin promo, massive promotion. Kita akan sering ikutan pameran. Selama ini kita word of mouth saja. Kami ingin supaya ada awareness bahwa angklung bukan hanya milik Jabar saja, Tapi Indonesia,” kata Head of Marcom Nani Hastuti kepada Kompas.com, Kamis (14/4/2011).
Ia menuturkan selama ini SAU hanya dikenal dari pentas angklungnya saja. Padahal, lanjutnya, mereka punya beragam aktivitas. “Kita ada produksi angklung, suvenir, pelatihan untuk belajar angklung, dan guesthouse,” katanya.
Guesthouse tersebut biasa diinapi oleh para pelajar yang ingin belajar angklung. Namun masyarakat umum yang ingin mencari suasana pedesaan pun bisa menginap di sini. “Pendopo kami satu-satunya di Jawa Barat yang performance sampai 3-4 sehari. Ini di luar pentas eksternal loh,” ujarnya.
Ia menjelaskan SAU gencar promosi angklung ke orang Indonesia sebagai bagian dari pelaksanaan mandat yang diberikan Unesco, dimana Unesco memang telah memasukkan angklung sebagai intangible heritage.
“Verifikasinya itu di Saung Udjo. Unesco memberikan Indonesia empat mandat, yaitu terlindungi dan terpelihara. Serta ter-regenerasi dan terpromosi, di sini peran komunitas angklung. Media juga harus berperan dalam promosi,” ungkapnya. Ia menambahkan penilaian Unesco ini dilakukan setiap tahun.
Ia menuturkan orang luar negeri lebih kenal SAU daripada orang domestik. Padahal menurut Nani, SAU merupakan salah satu ikon pariwisata di Jawa Barat. “Kita tertolong isu Malaysia mengklaim dan juga penetapan oleh Unesco. Kita jadi dilirik pemerintah gara-gara itu,” katanya.
Soal klaim Malaysia, Nani menceritakan hingga kini Malaysia masih ‘melirik-lirik’. “Kalau kita tidak bisa menjalankan mandat, Unesco akan mencabut penetapan itu. Dan mereka (Malaysia) yang ambil,” katanya. Kecurigaan Nani beralasan karena pernah suatu kali SAU diundang pentas ke Malaysia. “Setelah selesai tampil, MC memperkenalkan kita dari Malaysia. Kita langsung pulang,” ceritanya.
Nani juga menyayangkan makin banyak perajin angklung yang pindah bekerja membuat angklung di Malaysia. “Karena itu, program tahun ini gencar ikut pameran. Mayoritas yang datang ke kita itu rombongan sekolah dan perusahaan. Kita mau tingkatkan yang walk-in. Selama ini wisatawan domestik nggak aware dengan Saung Angklung Udjo saat berkunjung ke Bandung,” tuturnya.
labusyet, foto gw bisa mejeng disini *geleng2*
ReplyDeletewww.masrafa.org